Cerita blog

PENGALAMAN BELAJAR BLOG










    Pengalaman saya saat belajar blog di ADOC sangat menyenangkan dan berkesan, saya mendapatkan ilmu dan pengetahuan baru tentang blog yang sangat bermanfaat untuk diri sendiri dan juga orang banyak.
    Di ADOC saya sudah mempelajari banyak hal salah satunya ya belajar ngeblog, dengan mempelajari blog kita bisa berkomunikasi dengan orang-orang yg ada di dalam negri maupun luar negri, dan menambah wawasan, kita juga bisa bebas berekspresi di blog kita melalui postingan-postingan kita.
   Buat temen-temen yang belum belajar blog ayo datang ke ADOC untuk belajar blog....!!!!
    Ini cerita pengalamanku..!!!! ^_^

Ucapan Tahun Baru 2012

     Detik demi detik, hari demi hari, bulan demi bulan, telah kita lalui dengan suka duka kehidupan, kini tiba saatnya pergaintian tahun yang baru...
Jadikanlah kegagalan atau kesalahan kita di tahun yang lalu sebuah pelajaran untuk diri kita...

Mari kita buka lembaran baru dengan semangat baru dan keceriaan baru..
Semoga di tahun yang baru kita menjadi orang yang lebih baik lagi....
                         "SELAMAT TAHUN BARU 2012"
                                     " Keep Smiling " :)

Dalam Mirhab Cinta


Film ini di sutradarai oleh Habiburahman El Shirazi.
Dan Pemainnya adalah : Dude Harlino, Meyda Safira, Asmirandah, Boy Hamzah, El Manik, Niniek L. Karim.

Film Religi Dalam Mihrab Cinta Merupakan Kisah Dude Harlino si Pencopet Jadi Ustadz. Satu lagi karya Kang Abi (Habiburahman El Shirazi) yang menyentuh kalbu. Pemuda berambut gondrong itu merintih memegangi wajahnya yang lebam. Darah mengucur di sudut bibir dan keningnya. Dengan mengiba dia memohon ampun. Tapi puluhan santri yang mengelilinginya tak mau peduli. Mereka justru makin beringas menghajar si pemuda. Saymsul Hadi, pemuda malang itu, jadi bulan-bulanan karena dituduh mencuri.
Walaupun berkali-kali mengelak bahwa bukan dia pelakunya, tak seorang pun yang percaya. Ramai-ramai mereka terus melayangkan bogem mentah ke wajah dan tubuhnya.

Syamsul-diperankan oleh Dude Harlino-seorang pemuda asal Pekalongan yang belum setahun mondok di Pesantren Al Furqon yang terletak di daerah Kediri, Jawa Timur. Ia bertekad memperdalam ilmu di pesantren, meskipun sang ayah (El Manik) memintanya melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi. Kehadiran Syamsul di pesantren menarik hati Zizi (Meyda Sefira), putri pemilik pesantren. Apalagi sebelumnya gadis manis itu pernah diselamatkan Syamsul ketika diserang pencuri di kereta api. Hal ini membuat jengkel Burhan, sahabat Syamsul yang sudah lama menaruh hati kepada Zizi. Maka disusunlah sebuah siasat untuk menjebak Syamsul dalam tuduhan sebagai pencuri.

Syamsul mau tak mau harus menerima hukuman. Setelah semalaman dikurung di gudang pesantren, di diusir dari pesantren. Sebagai hukuman tambahan, dihadapan puluhan santri, rambutnya dicukur hingga pelontos. Syamsul marah sekaligus kecewa. Apalagi ayah dan dua abangnya juga ikut-ikutan menuduhnya sebagai pencuri. Lelah dengan semua fitnah yang menderanya, Syamsul kabur dari rumah. Kerasnya kehidupan di jalan membuatnya frustasi. Syamsul yang terusir karena difitnah justru terjerumus menjadi seorang pencopet.

Sayang, saat melancarkan aksi pertamanya, dia kepergok korbannya dan kembali jadi bulan-bulanan massa. “Jadi penjahat itu jangan tanggung-tanggung, pencopet juga harus profesional,”begitu saran salah seorang teman satu selnya waktu Syamsul tertangkap saat mencopet untuk pertama kalinya di Semarang. Keluar penjara dan pindah ke Jakarta, Syamsul kian nyaman dengan profesinya sebagai pencopet. Hingga suatu waktu dia mencopet dompet seorang gadis. Dari foto yang terselip didompet, ternyata gadis itu tak lain tunangan sahabat sekaligus musuhnya, Burhan.

Inilah perjalanan hidup pemuda Syamsul yang terangkum dalam film Dalam Mihrab Cinta. Film yang diangkat dari novel berjudul sama, digarap langsung oleh sang penulisnya Habiburahman El Shirazi. Setelah Ayat-ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2, untuk novelnya ini, Kang Abik-didampingi Chaerul Umam- tampil sebagai sutradara. Film produksi Sinemart Pictures yang mulai tayang dibioskop 23 Desember 2010 ini, mencoba tetap setia pada alur cerita dalam novel. Termasuk bagaimana perubahan karakter Syamsul dari seorang pencopet menjadi seorang guru mengaji yang disegani.

Syamsul yang awalnya menyamar sebagai guru mengaji demi menyelamatkan Silvi dari kejahatan Burhan, belakangan justru menikmati perannya. Si pencopet itu kemudian terkenal menjadi ustadz muda yang ceramah-ceramahnya mampu membius pendengarnya. Alur kehidupnnya pun seketika berubah. Sang pencopet berubah laksana malaikat yang tanpa cela. Seperti film-film sebelumnya, film ini juga diwarnai pergulatan batin Syamsul yang bingung memilih siapa perempuan yang akan mendampingi hidupnya. tempointeraktif.com

BATAS


Jakarta - Setelah 'Lastri' gagal, aktris sekaligus produser Marcella Zalianty berangkat dengan proyek film terbarunya. Lewat 'Batas', Marcella akan mengangkat tema nasionalisme.

"Film 'Batas' ini sesuai dengan misi kita untuk mengangkat film Indonesia dan semangat mengenai nasionalisme. Secara personal aku memang punya interest ke sana," ujar Marcella saat ditemui di Orange Cafe, City Walk, Jalan KH. Mas Mansyur, Jakarta Pusat, Senin (7/3/2011).

'Batas' akan menampilkan kisah perempuan yang meninggalkan semua kenyamanannya di Jakarta. Perempuan itu memutuskan untuk pergi ke Entikong, perbatasan Indonesia dengan Malaysia.

Film tersebut disutradarai oleh Rudi Soedjarwo. Sementara, naskahnya ditulis oleh aktor senior Slamet Rahardjo. Selain Marcella, 'Batas' juga dibintangi Ardina Rasti, Jajang C Noer dan Piet Pagau.

Penasaran dengan 'Batas'? Film tersebut dijadwalkan rilis pada Mei 2011, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional.

3 Hati 2 Dunia 1 Cinta


Seorang pemuda muslim. Seorang gadis katolik. Will they live happily ever after?

Rosid, pemuda muslim yang idealis dan terobsesi menjadi seniman besar seperti WS Rendra. Gaya seniman Rosid dengan rambut kribonya membuat Mansur, sang ayah, gusar karena tidak mungkin bagi Rosid untuk memakai peci. Padahal peci—bagi Mansur—adalah lambang kesalehan dan kesetiaan kepada tradisi keagamaan. Bagi Rosid, bukan sekadar kribonya yang membuatnya tidak mungkin memakai peci, melainkan karena Rosid tidak ingin keberagamaannya dicampur-baur oleh sekadar tradisi leluhur yang disakralkan

Delia, seorang gadis katolik berwajah manis, kepincut pada sosok Rosid. Tentu saja ini hubungan yang nekad . Rosid dan Delia adalah dua anak muda yang rasional dalam menyikapi perbedaan. Tapi orang tua mana yang rela dengan kisah cinta mereka. Maka  mereka pun mencari cara untuk memisahkan Rosid dan Delia. Jurus Frans dan Martha, orang tua Delia, adalah dengan mencoba mengirim Delia sekolah ke Amerika. Berbeda lagi dengan Mansur. Ia berupaya  menjinakkan Rosid  dengan meminta nasihat Said, sepupunya yang ternyata tega menipunya

Muzna, ibunda yang sangat dihormati Rosid, pun turun tangan. Sang Ibu dengan bantuan Rodiah, adik suaminya, menjodohkan Rosid dengan Nabila, gadis cantik berjilbab yang ternyata mengidolakan Rosid, sang penyair. Memang, cinta Rosid dan Delia begitu kuat, tapi sekuat itu juga tantangannya. Selain perbedaan  agama ternyata ada beban psikologis yang harus dihadapi jika mereka meneruskan hubungan itu hingga ke ikatan pernikahan.  Berhasilkah mereka bersatu dalam ikatan perkawinan? Memang nasib cinta tak ada seorang pun yang tahu.

Rumah Tanpa Jendela


Jakarta - Keluarga, lengkap dengan rumah besar, mobil bermerek, perabotan tiruan dari Eropa serta pembantu-pembantunya merupakan gambaran kemapanan di negeri dunia ketiga seperti Indonesia. Banyak orang memimpikan keluarga utuh seperti ini, tak terkecuali Rara (8 tahun). Ia tinggal bersama ayahnya, Raga (dimainkan secara meyakinkan oleh Raffi Ahmad) dan neneknya di daerah kumuh di Menteng Pulo, Jakarta.

Rara yang belajar di sekolah singgah bersama teman-temannya sesama anak rakyat jelata bercita-cita memiliki jendela di rumahnya yang sempit dan sumpek. Namun, Raga yang berjualan ikan hias dan tukang sol sepatu tidak mempunyai cukup uang untuk mengabulkan permintaan Rara, sementara neneknya, yang dipanggil Si Mbok, selalu sakit-sakitan.

Suatu hari Rara terpeleset karena didorong temannya dan akhirnya jatuh di dekat mobil keluarga Aldo (11 tahun). Ia bocah autis yang merupakan anak ketiga dari keluarga Pak Syahri, yang tak memiliki banyak teman karena perbedaan yang dimilikinya itu, dan juga karena keluarganya telah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Bersama neneknya, Aisyah dan sopirnya, Tarjo, Aldo pun membawa Rara ke rumah sakit dan mengantarkannya pulang.

Sejak itu, Aldo dan Rara pun berteman baik. Aldo dan kakaknya, Adam serta Tarjo membawa buku-buku untuk sekolah singgah Rara yang dikelola oleh seorang mahasiswi berkerudung bernama Alya. Anak-anak sekolah singgah sering bertandang ke rumah Aldo untuk berenang. Pada ulang tahun ke-17 kakak perempuannya, Aldo mengajak teman-temannya dari rumah singgah untuk menari saat band Adam bermain di panggung. Hal itu membuat kakaknya malu.

Aldo sedih sekali saat kakaknya menyebut dirinya aneh. Sementara pada malam yang sama saat pesta berlangsung, Raga berhasil mendapatkan kusen jendela bekas. Namun, momen yang mestinya membahagiakan itu justru menjadi awal malapetaka bagi Rara, dan orang-orang di sekitarnya. Bila menilik plot cerita film yang diangkat dari cerpen berjudul sama karya Asma Nadia ini, kita dengan mudah dapat menebak dramaturgi film.

Sama seperti film-film tentang anak jalanan dan anak-anak kaum miskin lainnya, film ini akan mengetengahkan dunia anak-anak kaum miskin yang menguras air mata. Soal persahabatan antara si kaya dan si miskin sendiri tentu bukan hal yang baru. Film seperti ‘Langitku Rumahku’ (Slamet Rahardjo, 1989) juga mengetengahkan alur cerita yang sama. Mungkin yang sedikit berbeda, film ini dikemas sebagai film musikal anak-anak.

Meski sebagai genre musikal dapat dikatakan kurang adegan musiknya, namun flm ini berhasil menghindari jebakan klise film-film yang biasanya membawa misi-misi moral seperti ini. Dbandingkan film garapan Mathias Muchus, 'Rindu Purnama' yang beredar pada bulan yang sama, film ini relatif lebih jujur dan tulus. Memang, seperti film Indonesia pada umumnya, ia menghindari penggambaran kontradiksi kelas sosial yang terlalu nampak, namun ia tak menggambarkan kemiskinan secara eksotik dan berjarak.

Hampir seluruh karakter dalam film ini dihadirkan dengan semacam rasa simpati dan kesalehan —meskipun ia seorang pelacur. Oleh karena itu, ia berhasil menghindari stereotip. Di wilayah teknis,  film ini masih lemah, terutama di departemen tata suara, editing dan sinematografi. Namun, ia setidaknya masih mengikuti plot cerita yang jelas dan karakterisasi yang cukup masuk akal.

Akting dari beberapa aktornya (terutama yang perlu disebut Emir Mahira dan Atie Kanser) cukup menolong film ini. Adegan-adegan akhir yang penuh drama (dan terlalu panjang) mungkin tidak akan menarik selera anak-anak. Namun secara keseluruhan, film ini bisa menjadi alternatif tontonan yang cukup menyehatkan bagi seluruh keluarga.

Film LUCU



Bernard Bear, kartun ini gak murni dibuat ama KorSel, tapi merupakan hasil kerjasama antara KorSel, Spanyol dan Perancis. Dan seperti yg kita tau, biasanya kartun Perancis itu bisu aka mengandalkan mimik wajah karakternya dan pastinya gak ada dubbernya. Bernard sendiri adalah karakter utama dari kartun ini yg juga punya rasa ingin tau yg besar dan sering karena keingintahuannya itulah dia terlibat dalam masalah yg membahayakan tapi bikin kita yg nonton kegelian. Bahkan di websitenya, dibilang kalo Bernard adalah beruang kutub tak berbulu, yg katrok, egois, gak sabaran… bukan hanya sebagai pembuat masalah, tapi juga si penemu masalah… LOL…

Selain Bernard ada juga Lloyd dan Eva penguin, Zack si kadal, Goliat si Cihuahua, Tyler si bayi manusia, Pilot si anjing, Pokey si landak dan Sinterklas. Sejauh ini sih, Unnie baru ngeliat si Zack. Rada bingung sih, pas tau namanya Zack, karena kalo di kartun, gayanya rada feminin kayak cewek gitu, dan kalo Bernard-Zack ketemu, pasti bawaannya berantem muluk. Pernah di satu potongan cerita, mereka saingan balapan di jalan, sampe akhirnya Bernard nyemplung laut dan Zack nabrak truk sampah atau di lain cerita, mereka bikin kacau di supermarket, sampe rak2nya pada miring semua.

Kalo Pororo punya prestasi sudah disetel di banyak negara dan hampir seluruh dunia, nah kalo Bernard ini lebih ke arah penghargaan yg diraih dalam kategori film animasi anak-anak yg mendidik dari berbagai negara. Applause…

powered by Blogger | WordPress by Newwpthemes | Converted by BloggerTheme